Selamat datang di Kawasan Penyair Jambi Terima kasih atas kunjungan Anda

Senin, 28 Maret 2011

Ramayani


Ramayani, perempuan Indonesia yang lahir di Jambi pada tahun 1978 tanggal 25 Agustus. Menyelesaikan Studi SI Bahasa Inggris Di FKIP Universitas Jambi pada tahun 2003. Bekerja sebagai guru di sebuah sekolah di kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan kini sedang ditugas belajarkan oleh Pemerintah setempat untuk melanjutkan studi S2 nya pada program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang (UNP), dengan konsentrasi Manajemen Sekolah, Jurusan Administrasi Pendidikan.

Karya-karya telah dipublikasikan media masa dan pada antalogi bersama seperti 142 Penyair Menuju Bulan, Jalan Bersama Pejabat Penyair dan Tanah Pili h dan juga pada antologi tunggalnya yaitu Sebungkus kenangan

Ia Aktif berkesenian baik sebagai peran pemain teater dan penggiat teater, deklamator dan juga penyelenggara event-event kesenian di Jambi. Pernah tergabung pada Sanggar Kampus Teater Oranye Jambi, Teater Tonggak, Teater Oranye Tak terhingga, dan kini ia mencoba berbuat untuk kesenian dalam kantong seni Tebo Art Community. Dan kini ia mencari teman dalam damai dengan puisi-puisinya.

Ia mencoba mendokumentasikan sebagian perjalanan kehidupa lewat puisi-puisi juga mencoba merekam berbagai pengalaman dalam puisi-puisinya. Ia mencoba berkomunikasi degan kehidupan, lewat kata-kata sederhana tetapi memeiliki makna yang dalam sebagai bentuk ekspresinya, yang juga menjadi sahabat dalam keksibukan hari-hari. Ia ingin mencari makna dalam kehidupan, sebagai proses menuju kedewasaan, yang juga memotivasi dirinya dalam kesadaran sebagai manusia yang utuh.


Pesan Air Susu Ibu 1

telah terbiasa sudah
pesan air susumu mendarah daging
pada setiap langkahku

aku akan selalu mencoba dan belajar
tuk menjadi diri yang sempurna
berjalan pada rel kehidupan
dengan bimbingan kebenaran dalam kejujuran

tersenyum dalam hidup
dan mendapat dengan keringat
menjaga diri
dari kemanusiaan yang mencemaskan

Jambi, 2003


Sapamu

Dibalik hijaunya dedaunan itu
ada bisik angin
yang ingin selalu berkata dan menyapa
dari baringan panjang cerita singkat
yang penuh dengan kenangan

Embun masih tersisa
berupa butir butir kata
menjelma puisi romansa muara jambi
karena matahari semakin sempurna
oleh tanggung jawabnya

Aku ingin selalu kau sapa
apakah wajahku masih terselip
di antara sudut ruang mu?
apakah rambut coklatku masih tergerai di dadamu
matamu begitu dalam
sedalam kenangan batanghari yang kita lalui

Mata kita terlalu hanyut pada garis pinggiran sungai itu
dan terus mengalir dalam getaran
sepasti genggaman tanganmu
mendekap jemari tanganku kaku
tapi berdegup kencang
melawan arus sungai yang dilalui perahu kita

Sesekali speedboat begitu perkasa
mengganggu genangan riak hati kita
kau semakin berkeliaran di hatiku

Muara Tebo, 2008


Aku Merasakan Wanginya Cinta

Aku merasakan wanginya cinta di sini
pada pohon pohon karet yang setiap pagi berbaris
mengadah senyumannya
menyambut pagi pada renyahnya geraian daunnya
memberi cinta yang putih dan semakin mengental
memberi nikmat pada petani
menimbang getah setiap pekan
mengantar senyum keluarga yang menanti

Aku merasakan wangi cinta di sini
di sepanjang pasar pekan yang menjajakan rasa
mengantar riang para ibu
di balik tawar menawar

aku merasakan wangi cintanya
dari rasa yang selalu terjaga oleh ketulusan
pagi memberikan kepolosan cintanya
dan aku merasakan wanginya
dan itu yang membuat mereka ada

Jambi, 2008


DINNER

Lilin lilin berdiri di sudut jamuan
teteskan satu persatu pesan rindu

pertemuan menimbang rempah
meluap gelombang lada dalam dada

lilin lilin berdiri di sudut jamuan
membara pada bibir yang gemetar

detak detik doa menitik di dada
hangat dalam genggam tangan kekasih

lilin lilin berdiri di sudut jamuan
bergelora di manisnya anggur merah

lilin lilin berdiri di sudut jamuan
memeriahkan jamuan rasa kita

2010


Percakapan angin

kepada langit senja yang menguning aku bertanya
di mana matamu dulu nan pasti melihat rindu
kini butiran hujan pecah ke bumi
lepaskan serpihan aspal jalanan yang licin

anganmu tampak lambai percakapan lewati rumahku
pertanyaan hanya mampir dan lalu lalang di muka pintu
terkadang singgah di jendela tanpa ada jawaban pasti

terlihat langit bagikan cahaya
lalu menabur butiran hujan
saat jam masih setia bangunkan azan
tinggalkan lelap di pelukan

aku jalani hari hingga malam medatangkan bintang
dan bulan jadi tanda menemaniku bercumbu di adegan pasti,
memeluk yang kan kugapai tanpa percakapan angin
dari janji gagumu

2009


Aku Ingin Mencium Bau Adam

Aku ingin mencium bau adam
Dalam birahi yang selalu perkasa
Membentang dada menyambutku dalam pelukan hangat
Dan segalanya akan menjadi begitu indah
Rona mawar tersungging dibibirku
Menyusun rapi harapan harapan baru
Tak mesti lelah dalam berhayal melulu
Aku menanti waktu yang tertunda
Dimana bendera kebersamaan yang abadi berkibar perkasa
Disetiap jalan
Cinta memang tak selamanya pahit,tak selamanya indah
Dan juga tak selamanya membingungkan
Cinta hanya pantas dijalani bagi manusia
yang selalu ingin berbagi kesempatan
dan selalu ingin melengkapi hidup
karna kita tak pernah selalu sempurna
bau adam dan hawa akan selalu pasti dalam cinta
akan selalu pasti pada sebuah ikatan bathin
yang dipersatukan dari segala kekurangan dan kepercayaan
aku ingin mencium bau adam
dari sebuah kenyataan
bahwa cinta itu memang nyata adanya
dan selalu bermekaran dihati
hingga pantas untuk selalu dikenang

Bohemian Jambi, Dec 23,2004

Tidak ada komentar: