Selamat datang di Kawasan Penyair Jambi Terima kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 14 Oktober 2007

EM.Yogiswara



EM. Yogiswara

(Jambi)

Lahir di Jambi. Alumnus S 1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Jambi, 1992. Puisi-puisinya termuat di beberapa antologi puisi bersama penyair se-Sumatera, Jawa dan Bali, serta Jambi sendiri.Sedangkan antologi puisi tunggalnya antara lain : Hidup (1991), Kau Lahir (1992), Perempuanku (1992), Gaung (1994), serta Soco (2001). Selain senantiasa berpameran seni rupa se-Sumatera serta di Galeri Nasional Jakarta pada pameran seni rupa seniman kelahiran dan keturunan Sumatera Barat. Memperkuat pergelaran dan festival teater di Jambi, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Beberapa kali menyutradara pementasan terater, di antaranya Malam Pengantin di Bukit Kera (Montinggo Busye), Pakaian dan Kepalsuan, Bubrah (EM Yogiswara), Dari Sunyi ke Sunyi (EM Yogiswara), Asilban (Khalil Gibran), Si Buta (Khalil Gibran), dan banyak lagi. Pendiri Teater Art in Revolt (AiR) Jambi yang mengasuh Sanggar Sastra Siswa di SMA 3 Jambi, SMA Titian Teras, dan SMA Xaverius I, pernah diundang untuk membacakan sejumlah puisi di Malaka-Malaysia, serta Singapore Art Festival di Singapore. Saat ini dipercaya menjadi salah seorang redaktur di Harian Pagi Jambi Ekspres (Jawa Pos Group). Salah satu puisinya :


Belajarlah, Anakku Soco

belajarlah menangis, anakku soco
sebab kita sudah kehilangan air mata
sumur yang mengalirkan keadilan dan kesengsaraan
kini mengering
berubah warna menjadi sumber mata air berbisa
: tangis tak sepenuhnya menitikan bening
dari padang alam yang menyihirkan cahaya-Nya

belajarlah mendengar, anakku soco
sebab gendang telinga kita sudah tertusuk
desah duka, lapar, dan erangan
: suara tak selamanya ikhlas mendalilkan ujud

belajarlah membaca, anakku soco
sebab mata kita sudah kehilangan jarak
dari penaklukan sepenggal harapan
belajarlah merasa anakku soco
sebab kita telah dibina tanpa rasa
: perjalanan hanya tuk menyambut senyum

belajarlah, anakku soco
sebab kelahiran sudah lama tertunda
dihapus keping rindu tanpa rasa
: usah terapung di kegelapan dunia
sebab gelembung bayang tak kan terima cahaya

Tidak ada komentar: